Aku Trauma Dengan Kata "Sibuk"

Aku Trauma Dengan Kata "Sibuk"

Oleh: Abdi Rahmatsah Siregar


Contoh Kasus Pertama:
Beberapa tahun yang lalu, hubungan ku kandas, bermula dari kata "Sibuk" yang ada dalam pembicaraan aku dan dia. Lalu aku yang bengal ini tidak bisa menerima kesibukannya itu. Akhirnya  aku putuskan, ia menerimanya. Lalu, dengan itu menyisakan trauma. Salah satunya dengan kata "Sibuk".

Trauma apa yang dihasilkan kata "Sibuk"? Otak akan mencernanya menjadi sebuah ketidakpercayaan yang sangat tinggi kepada orang yang melontarkan kata itu. Dan, ini trauma yang serius.

Mari kita telaah kata "Sibuk" ini. Pada KBBI, "Sibuk" adalah adjektiva (kata sifat) yang artinya, "banyak yang dikerjakan". Dan, ternyata asal kata "Sibuk" ini diserap dari bahasa Minangkabau yaitu, "Menyibuk" sebuah verba (kata kerja) yang memiliki arti, "mengawasi dari kejauhan". Kata turunan dari "Sibuk" ini seperti, bersibuk, kesibukan, menyibukan. 

Setelah membahas etimologi kata tersebut. Dari sisi, saya pribadi jelas psikologis saya terganggu. Sebab selain kejadian itu, kejadian setelahnya membuat trauma semakin dalam. Tapi saya akan membahas psikologis si pengguna kata "Sibuk". 

Contoh Kasus Kedua:
"Aku tidak sempat membaca buku, sibuk setiap harinya, sampai rumah malam terus."
Dalih  yang sering digunakan orang dalam perihal membaca buku. Padahal ketika ia diatas kasur, dengan posisi slonjoran, ia punya kesadaran, dalam artian matanya terbuka 5 menit sebelum tidur. 5 menit bisa digunakan untuk membaca, satu atau dua halaman buku.
Foto: Dokumentasi Pribadi



Contoh Kasus Ketiga:
"Aku sibuk sekali gak sempat mengerjakannya." Katanya dari pesan singkat.
Dalih ini sering digunakan orang-orang yang ketika ada suatu pekerjaan. Entah sifatnya berjangka ataupun mendesak. Namun bodohnya orang ini, ia tidak sadar ketika rekan satu timnya itu memantau dia lewat sosial media. Misal di instagram, fitur instastory yang dimiliki instagram sangat berguna melihat apakah benar orang itu memilik banyak pekerjaan? Apabila ia selalu hadir melihat instastory yakinlah, kata "Sibuk" hanyalah alibi.

Lalu apa kesimpulan yang bisa diambil dari tiga cerita diatas? Kata "Sibuk" digunakan untuk mereka yang memang tidak punya komitmen lagi.

Kenapa begitu? 

Baiklah mari ambil contoh kasus keempat, orang yang memiliki komitmen.

Siapa yang tidak mengenal Presiden Indonesia yang ke-7, Ir. H. Joko Widodo. Kurang sibuk apa dia dibanding dengan 3 contoh kasus sebelumnya. Ditengah kesibukannya sebagai kepala negara, beliau masih sempat buat vlog di kanal youtube. Lihat saja video terakhir yang diunggah pada kanal youtube-nya, sekitar seminggu yang lalu. Itulah sebuah komitmen.

Penutup, Jangan gunakan kata itu lagi kalau memang tidak seperti itu. Jujur saja, misal, katakan, "Tidak mau bertemu", "lagi malas mengerjakannya", "memang sudah tidak memiliki komitmen". Jangan menambah dalam trauma seseorang karena "Sibuk" mu yang palsu. Bayangkan berapa banyak orang memiliki trauma seperti ini.


21/06/2019

Comments