Tak Lebih Baik Dari Manajemen Event Di Kampung-Kampung (Ulasan)

Tak Lebih Baik Dari Manajemen Event Di Kampung-Kampung
Oleh: Abdi Rahmatsah Siregar

“Menunggu adalah sesuatu hal yang menyebalkan bagi ku” begitu kutipan lirik salah satu band pop Melayu Indonesia. Dulu, setiap lewat dari penjual CD bajakan lagu ini terus disenandungkan oleh mereka. Syukur, sampai sekarang gak tau nama bandnya apa dan memang tidak mau cari tau.
Tapi bukan band Melayu ini yang mau saya bahas, melainkan sebuah event besar di kota Medan yang telah berakhir beberapa hari yang lalu. Kalau saya tidak salah, Event besar ini telah tiga tahun bertahun-tahun menjalankan programnya di kota Medan dan menurut saya tidak ada yang berubah dari segi manajemennya.
Event besar yang kacau balau. Run down acara yang mereka buat waktunya molor sangat lama! Tak lebih baik dari manajemen event di kampung-kampung begitu kira-kira yang cocok disematkan kepada pihak penyelengara acara tersebut, bayangkan saja selain waktu yang molor pun urutan band yang mengisi pun berubah-ubah dari apa yang mereka umumkan. misalnya pukul sekian yang seharusnya band A yang tampil malah band C yang main. Bahkan 2 band penutup saja dijadikan satu panggung demi menyudahi event tersebut. Untungnya mereka gak pernah selip dimasa lalu, sempat dulu pernah selip dan belum baikkan kan bisa gawat itu, bukan acara musik yang mereka tampilkan malah pukul-pukulan. Tapi kayaknya seru juga itu ditonton apalagi waktunya pun udah sekitar jam 1 malam.
Ini event besar yang diisi oleh band-band besar Indonesia bahkan ada yang dari luar Indonesia!
Poto oleh: Abdul Hakim Reza Dalimunthe

Yang gak habis pikir band dari luar negeri yang banyak ditunggu-tunggu penonton pun seperti binatang yang mau berak. Sebab saat itu mau tampil saat itu pulalah mereka mensetting alat-alat mereka. Check sound segala macamnya lagi. Yang memakan waktu 2 jam lebih. Membuat penonton menunggu kebosanan. saya pribadi sebagai penonton yang membeli tiket meresa hal tersebut bisa dikatakan “Kurang ajar sekali! Mood pun rusak untuk haedbang! dan pada akhirnya saya pulang dengan aroma tubuh masih wangi parfum. Saat itu entah siapa yang mau disalahkan bandnya kah atau pihak penyelenggara.
Lalu coba datang ke event kampung-kampung atau event RT/RW seperti hajatan 17 Agustusan atau pesta-pesta pernikahan pasti yang naik ke atas panggung suka-suka, siapa yang mau nyanyi naik selesai turun, siapa yang mau nyanyi naik selesai turun, begitu seterusnya tanpa ada kejelasan urutan acara. Itu kalau event di kampung-kampung. Wajar lagian gratisan. Tidak masalah dengan acara event besar ini.
Buat pihak penyelangara mana pun itu khusus yang menjual tiket, lain kali kalau buat acara, komitmen lah sama apa yang sudah kalian rumuskan. kalau memang dimulainya jam 10 ya mulailah jam 10 walaupun ada atau tidaknya yang menonton saat dimulai acara. Kalau kalian buat acara gratisan bolehlah suka-suka hati kalian mau melaksanakan waktunya bagaimana. Tapi kalau kalian melakukan penjualan tiket. Kalian tidak bisa sesuka hati karena penonton bayar! Penonton gak mau tau apa yang terjadi dibelakang panggung. Penonton gak mau menunggu, apalagi sampai lama sekali. Yang penonton mau acara berjalan,  terkendali, tidak mendongkol dengan susunan acara yang kalian pertunjukkan.
Lagian ini event besar jadi tidak perlulah diajari karena sudah besar.

Comments

  1. Sekedar sharing nih ga mungkin event yang kacau atau kurang baik ini berasal dari manajemen event yang salah dan harus di evaluasi lagi

    ReplyDelete

Post a Comment