KENTAR 37

KENTAR 37
Oleh: Abdi Rahmatsah Siregar

Mereka pernah saling mencintai.
Terlibat dalam rindu yang begitu hebat, karena jarak terkadang begitu jauh.
Mereka pernah saling mengasihi.
Dan terlarut dalam, dalam syahdunya nafsu, karena asmara yang begitu menggebu.
Mereka pernah saling mengucap janji.
Sebab ingin bersama, sampai waktu mereka berhenti.
Waktu terus berlanjut, tak pernah berseloroh dengan dirinya sendiri.
Tahun beberapa kali berganti.
Waktu itu hanyalah ingin perhatianmu.
Namun waktu hanya waktu, tak lebih.
Perhatian mu tak kunjung tiba.
Hingga kepongahan membutakan.
Terbentur sudah, terbentur sudah, dan terbentur sudah.
Jijik, jijik, dan jijik...
Yang teralamatkan sekarang ini.
Amit, amit, dan amit...
Jangan terulang lagi, batin mu...
Sementara di titik lainnya yang jauh dari mu, telah jauh darimu, bagi mu.
Tetapi dulu indah bagi siapa pun. Lalu hancur dan membusuk karena alasan yang katanya salah dan tidak termaafkan.
Salah?
Salah dari titik pandang mu, mungkin itu benar dari titik pandang lain.
Titik
Terlalu hina kah?
Hingga tegur sapa salam ku tak lagi kau harap.
Kini mereka pun hidup pada masing-masing titik,
tak peduli gelap atau terang.
Sunyi atau ramai.
Hanya saja mereka saling mengingkari.

-03 Agustus 2017-

Comments